Lukisan Raden Saleh 'Kembali' ke Tanah Air
IndonesiaSeni.com, Jakarta - Awal Juni tahun ini menjadi momen yang berharga bagi penikmat seni rupa maupun masyarakat luas di Indonesia, untuk menyaksikan secara langsung karya-karya monografi Raden Saleh, sang maestro seni rupa Indonesia. Pameran tersebut merupakan yang pertama kalinya digelar di Indonesia, di mana lebih dari 40 lukisan cat minyak karya Raden Saleh akan dipajang beserta sejumlah sketsa dan reproduksi karya Raden Saleh -terutama lukisan dari koleksi di Eropa- yang tidak dapat dibawa ke Indonesia. Pameran bertajuk "Raden Saleh dan Awal Seni Lukis Modern Indonesia" akan digelar pada tanggal 3 sampai 17 Juni 2012 di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.
Pameran
ini digagas pertama kali oleh Dr. Werner Kraus, ahli sejarah seni asal
Jerman dan pakar seni Asia Tenggara serta penulis biografi Raden Saleh.
Beliau juga bertindak sebagai kurator pameran ini. Penyelenggaraan
pameran ini melibatkan kerjasama antara Goethe-Institut bersama Galeri
Nasional Indonesia dan Kedutaan Besar Jerman. Pameran karya Raden Saleh
juga menjadi acara puncak sekaligus penutup rangkaian acara "JERIN -
Jerman dan Indonesia, Kreativitas dan Keberagaman", yang mengetengahkan
kemitraan Jerman-Indonesia di bidang ilmu pengetahuan, politik, ekonomi
dan kebudayaan.
Pameran yang menandai 200 tahun Raden Saleh tersebut bisa dibilang sebagai pameran yang bersejarah, seperti yang dikatakan Goenawan Mohamad dalam konferensi pers di Jakarta (25/5), karena untuk pertama kalinya sebuah pameran dengan karya-karya yang terkenal dari Raden Saleh dikumpulkan dan dipertunjukkan kepada publik di Indonesia. Upaya yang dilakukan terbilang berat, mengingat Raden Saleh saat ini seperti sudah dilupakan selain itu juga terdapat masalah sulitnya mengumpulkan karya-karya lukisan Raden Saleh yang lebih banyak berada di Eropa.
Dalam dunia seni rupa, Raden Saleh dianggap sebagai pelopor seni lukis modern, yakni pelukis yang menggunakan kanvas, kuas dan cat dengan gaya Eropa. Ia merupakan pelukis Indonesia pertama yang mengenyam pendidikan di Eropa pada masa kolonial, khususnya di bidang melukis di antaranya di bawah asuhan pelukis potret Cornelis Kruseman, juga pelukis pemandangan Andries Schelfhout. Sebelumnya, pada umur 9 tahun, Raden Saleh juga sempat belajar melukis pada pelukis Belgia, Antoine Auguste Joseph Payen di Cianjur. Selain itu masih terdapat beberapa nama pelukis Eropa yang menjadi tempatnya memperdalam keahlian melukisnya, maupun yang memberikan pengaruh besar terhadap gaya melukisnya, misalnya pelukis besar aliran Romantisisme Prancis, Ferdinand Victor Eugene Delacroix.
Hubungannya dengan Eropa semakin terjalin erat ketika ia lama menetap di Jerman, tepatnya di kota Dresden. Di kota ini, Raden Saleh mengalami fase yang penting dalam perjalanan seninya. "Dia diterima dengan baik di Dresden, bahkan menjadi salah satu bagian dari sejarah seni rupa Jerman. Dia orang pertama di Jerman yang melukis dengan gaya orientalisme, yang saat itu seni rupa Jerman tidak mengenal gaya orientalisme," papar Dr. Werner Kraus. Bahkan di Kota Maxen, dekat Dresden, terdapat sebuah bangunan yang disebut Masjid Biru, yang didedikasikan oleh Mayor von Sere untuk Raden Saleh. Meski masa hidupnya lebih banyak dihabiskan di Eropa, khususnya Jerman selama lebih dari 25 tahun, "Tapi, semangat dari caranya bekerja melukis tetap tersirat nuansa Jawa," ujar Direktur Regional Goethe-Institut untuk Wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru, Franz Xavier Augustin.
Selain memamerkan lukisan dan sketsa karya Raden Saleh, juga akan digelar serangkaian acara seputar Raden Saleh, di antaranya temu wicara, simposium, dan peragaan busana. Melalui acara ini, Dr. Werner Kraus selaku kurator sekaligus penggagas pameran berharap agar nama serta jasa Raden Saleh sebagai "Bapak Modernitas Jawa" akan terus dikenang dalam pergerakan seni nasional Indonesia.
Last Updated on Saturday, 02 June 2012 03:40
Written by Team Redaksi
Sunday, 27 May 2012 02:05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar